Gw prihatin sama generasi anak-anak kecil sekarang. Dan lebih prihatin lagi sama orangtua mereka. Banyaknya lembaga les ini-itu memaksa mereka untuk mengorbankan waktu bermain menjadi belajar. Enggak ada yang salah emang dengan belajar, tapi les mengenal huruf dan angka untuk anak-anak umur pra sekolah itu kalo menurut gw kayak manusia diajarin cara bernafas. Sebenernya yang oon itu siapa anaknya atau orangtuanya, sampai-sampai untuk mengenal huruf dan angka saja mesti les dan terlebih lagi diluaran sana memang banyak lembaga les yang khusus untuk mengajarkan membaca dan mengenal huruf.
Enggak semua anak suka dengan kegiatan les ini. Bisa aja dia ikut les ini karena emang tuntutan orangtuanya yang udah bayar mahal. Tuntutan orangtuanya yang menargetkan anaknya supaya jadi orang yang pintar. Pemikirannya orangtuanya sempit, pintar itu nggak cuma masalah akademis aja. Percuma kalo anaknya pinter akademisnya tapi dia nggak pinter berkawan atau dia nggak pinter dalam mengolah emosinya terlebih kalo dia nggak pinter dalam menempatkan diri. Orangtua yang berpikiran sempit ini belum mengenal SQ dan EQ. Orangtua yang katanya modern ini hanya berpatokan pada IQ. Bah jaman sekarang banyak orang pinter. Tinggal nyari orang yang pinter ngapain, pinter bohong, pinter nipu, pinter nyuri uang rakyat.
Kata pinter nggak melulu berada dilingkungan yang berbau akademis aja. Bisa ada di bidang seni, bisa juga ada di bidang olahraga atau bahkan memasak. Kata pinter nggak melulu berhubungan dengan huruf dan angka. Enggak semua anak harus pinter dibidang akademis kan? Kalo semua anak dituntut untuk pinter dibidang akademis lalu siapa yang nantinya akan menjadi musisi handal, siapa yang akan menjadi atlet hebat. Ngapain amat maksa anak untuk ikut les mengenal huruf dan angka kalo emang anaknya nggak suka dan kalo emang anaknya punya kesukaan dibidang lain. Kenapa nggak didukug dengan fasilitas yang memadai sesuai dengan kesukaan si anak.
Ngomongin huruf dan angka, gw jadi inget jaman gw kecil, jaman gw kenal sama huruf dan angka. Gw kenal huruf dan angka sebelum masuk TK dan tanpa ada yang ngajarin. Seinget gw, gw hanya meniru huruf-huruf yang gw liat di koran dan dimanapun tempat yang ada hurufnya, sebelum masuk TK gw udah bisa nulis Saking senengnya gw kenal sama huruf dan angka, tembok dan pintu rumah gw coret-coret dengan huruf maupun angka yang ada diotak gw pada saat itu. Enggak ada les ini-itu, waktu kecil sisa hari gw gunain buat main, main, dan bermain. Waktu gw kecil juga masih banyak bahan bacaan buat anak-anak kayak majalah bobo, Donald Bebek, Ino. Sekarang kok anak-anak kecil nggak ada yang langganan majalah-majalah itu. Ah, sudahlah. Toh intinya mengenal huruf dan angka bisa dilakukan dimana saja.
Bukankah membosankan jika seorang anak yang sudah besar nantinya bercerita bahwa pertama kali dia mengenal huruf dan angka itu ketika dia ikut kursus, iya kursus mengenal huruf dan angka.