Senin, 29 Oktober 2012

Pasar

Saya hanya duduk dan mengamati. Di depan saya berdiri seorang anak SD kelas 6, sedang menjajakan dagangan di lapak milik ibunya. Di depan anak itu ada dua pelanggan yang ingin membeli barang dagangannya. Anak itu dengan santai menjawab pertanyaan tentang harga yang ditanyakan oleh pelanggan kepadanya. Pada saat itu dengan tidak sadar dia dikelilingi oleh kehidupan pasar. Dikelilingi oleh cara hidup pasar.

 Jika saya pernah membaca sebuah postingan di sebuah blog dimana dia mengatakan bahwa tempat mendapatkan pelajaran sebenarnya bukan diruang kelas tapi lebih tepatnya di jalanan. Saya hanya ingin menambahkan bukan hanya jalanan saja yang bisa menjadi ruang kelas, semua tempat dimanapun itu yang memberikan kita pengetahuan baru bisa disebut sebagai ruang kelas, salah satunya pasar.

Anak ini belum sadar akan ruang kelasnya, karena dia sangat menikmati tugasnya yang menjaga lapak Ibunya pada hari libur sekolah. Dengan candanya, dia senang menggoda pengangkut barang bahkan penjual makanan untuk mengurangi kebosanannya. Mungkin dia sudah mengerti akan jalan hidupnya, menerimanya. Saya bisa melihat ruang kelas anak ini tapi sepertinya anak ini belum bisa melihatnya.

Minggu, 21 Oktober 2012

Huruf dan Angka

Gw prihatin sama generasi anak-anak kecil sekarang. Dan lebih prihatin lagi sama orangtua mereka. Banyaknya lembaga les ini-itu memaksa mereka untuk mengorbankan waktu bermain menjadi belajar. Enggak ada yang salah emang dengan belajar, tapi les mengenal huruf dan angka untuk anak-anak umur pra sekolah itu kalo menurut gw kayak manusia diajarin cara bernafas. Sebenernya yang oon itu siapa anaknya atau orangtuanya, sampai-sampai untuk mengenal huruf dan angka saja mesti les dan terlebih lagi diluaran sana memang banyak lembaga les yang khusus untuk mengajarkan membaca dan mengenal huruf.

Enggak semua anak suka dengan kegiatan les ini. Bisa aja dia ikut les ini karena emang tuntutan orangtuanya yang udah bayar mahal. Tuntutan orangtuanya yang menargetkan anaknya supaya jadi orang yang pintar. Pemikirannya orangtuanya sempit, pintar itu nggak cuma masalah akademis aja. Percuma kalo anaknya pinter akademisnya tapi dia nggak pinter berkawan atau dia nggak pinter dalam mengolah emosinya terlebih kalo dia nggak pinter dalam menempatkan diri. Orangtua yang berpikiran sempit ini belum mengenal SQ dan EQ. Orangtua yang katanya modern ini hanya berpatokan pada IQ. Bah jaman sekarang banyak orang pinter. Tinggal nyari orang yang pinter ngapain, pinter bohong, pinter nipu, pinter nyuri uang rakyat. 

Kata pinter nggak melulu berada dilingkungan yang berbau akademis aja. Bisa ada di bidang seni, bisa juga ada di bidang olahraga atau bahkan memasak. Kata pinter nggak melulu berhubungan dengan huruf dan angka. Enggak semua anak harus pinter dibidang akademis kan? Kalo semua anak dituntut untuk pinter dibidang akademis lalu siapa yang nantinya akan menjadi musisi handal, siapa yang akan menjadi atlet hebat. Ngapain amat maksa anak untuk ikut les mengenal huruf dan angka kalo emang anaknya nggak suka dan kalo emang anaknya punya kesukaan dibidang lain. Kenapa nggak didukug dengan fasilitas yang memadai sesuai dengan kesukaan si anak.

Ngomongin huruf dan angka, gw jadi inget jaman gw kecil, jaman gw kenal sama huruf dan angka. Gw kenal huruf dan angka sebelum masuk TK dan tanpa ada yang ngajarin. Seinget gw, gw hanya meniru huruf-huruf yang gw liat di koran dan dimanapun tempat yang ada hurufnya, sebelum masuk TK gw udah bisa nulis Saking senengnya gw kenal sama huruf dan angka, tembok dan pintu rumah gw coret-coret dengan huruf maupun angka yang ada diotak gw pada saat itu. Enggak ada les ini-itu, waktu kecil sisa hari gw gunain buat main, main, dan bermain. Waktu gw kecil juga masih banyak bahan bacaan buat anak-anak kayak majalah bobo, Donald Bebek, Ino. Sekarang kok anak-anak kecil nggak ada yang langganan majalah-majalah itu. Ah, sudahlah. Toh intinya mengenal huruf dan angka bisa dilakukan dimana saja.

Bukankah membosankan jika seorang anak yang sudah besar nantinya bercerita bahwa pertama kali dia mengenal huruf dan angka itu ketika dia ikut kursus, iya kursus mengenal huruf dan angka.

Saya Mencoba

Semakin saya membaca, semakin saya mengerti. Saya banyak membaca hari ini. Membaca banyak pemikiran yang tertuang pada postingan-postingan yang ada di sebuah alamat blog. Pemikiran sederhana dengan gaya penulisan yang tidak biasa. Tulisannya mengajak saya berpikir, iya lagi-lagi pikiran saya yang tidak bisa pasif ini mencoba menelaah setiap pemikirannya. Setiap tulisannya seperti terkoneksi dengan pemikiran yang pernah saya miliki atau yang masih saya miliki sampai saat ini. 
Ada beberapa tulisannya yang memang mewakili apa yang pernah saya pikirkan atau malah masih saya pikirkan sampai sekarang. Tulisannya adalah representasi sastra  pemikiran yang pernah saya miliki atau yang masih saya miliki. Representasi sastra ? Iya karena dia menuliskannya dengan gaya bahasa yang apik, seperti pemikiran orang sabar yang tertata rapi. Pemikiran orang yang melihat masalah tidak hanya dari satu sisi. Saya tau yang menulis postingan tersebut bukanlah anak sastra. Tapi dia adalah penikmat sastra.
Saya mencoba untuk menyingkirkan sejenak pikiran yang kembali menyeruak ketika saya membaca tulisan-tulisannya. Masalah bukan pada tulisan-tulisannya, tapi masalahnya ada pada saya. 

Jumat, 19 Oktober 2012

Saya Memlilih

Saya memilih untuk bisa karena dengan bisa saya berguna, berguna untuk siapa ? Berguna untuk orang-orang disekeliling saya pada khususnya dan berguna untuk orang-orang yang akan saya kenal nanti pada umumnya.

Saya memilih untuk senang karena saya memiliki banyak alasan untuk merasa senang. 

Saya memilih untuk memiliki pemikiran seperti ini setidaknya untuk sekarang dan tidak tau akan sampai kapan karena jika saya tanya kenapa itu pasti tidak akan ada ujungnya.

Sabtu, 13 Oktober 2012

Bahan Bacaan

The Kite Runner - Khaled Hosseini
To Kill a Mocking Bird - Harper Lee
Disgrace - J.M Coetzee
The Byron Journals - Daniel Ducrou

Setidaknya ada bahan bacaan buat minggu-minggu ini. Minggu hectic yang nggak harus dibawa hectic.

"Kau tidak akan pernah bisa memahami seseorang hingga kau melihat segala sesuatu dari sudut pandangnya...hingga kau menyusup ke balik kulitnya dan menjalani hidup dengan caranya." 
- Harper Lee dalam To Kill a Mockingbird

"Sesuatu yang terjadi dalam beberapa hari, kadang-kadang bahkan dalam sehari, bisa mengubah kesuluruhan jalan hidup seseorang."  - Khaled Hosseini dalam The Kite Runner

"Sometimes you need to lose yourself before you can find what you're looking for" - Daniel Ducrou dalam The Byron Journals

Copyright © 2014. All Right Reserved by Mira Dwi Kurnia