Jumat, 28 Desember 2012

Lalu

Tidak tau menulis apa. Saya hanya mau mengetik, mencoret-coret, meracau. Entah. Saya pernah baca satu postingan pada sebuah blog. Dia adalah mahasiswi dari universitas negeri terkemuka, dia menuliskan beberapa kalimat yang intinya dia sedang jatuh cinta dengan tulisan seseorang, dan dia berpikiran dengan jatuh cinta dengan tulisannya, siapa tau dia juga bisa jatuh cinta yang sebenernya dengan sosok si penulis. Tidak, tidak pada postingan ini saya tidak akan membahas tentang kalimat yang mungkin sudah diucapkan trilyunan kali oleh milyaran orang di dunia. 

Lalu apa yang mau saya bahas ? Tidak tau, seperti yang saya bilang, saya hanya ingin mengetik, mencoret-coret, meracau. Saya masih ingin pergi ke luar kota untuk sementara. Saya mau menjadi saya. Saya seharusnya mengerjakan apalah itu namanya, tapi apa yang saya lakukan. Saya disini, sedang mengetik, tidak jelas. 

Lalu apa yang saya pikirkan ? Banyak hal, seringkali saya berada disuatu keadaan dimana hanya jasad saya saja yang berada di tempat itu, sementara pikiran saya berada di tempat yang lain. Saya tau banyak orang yang mengalaminya atau semua orang pernah mengalaminya bukan hanya saya saja.

Lalu apa yang mau saya lakukan ? Setidaknya saya tau apa yang mau saya lakukan, saya belum memulainya. Semuanya masih ada di pikiran. Saya butuh waktu, saya tidak butuh tugas yang membuat saya melupakan sejenak apa yang seharusnya saya lakukan. Saya membencinya. Terkadang kita harus berputar-putar terlebih dahulu, menjadi orang lain agar nantinya bisa menjadi diri sendiri. Inti dari kalimat yang pernah saya baca di novel Perahu Kertas. Berkat tugas saya juga tidak mempunyai waktu untuk sekedar membaca satu bab dari novel-novel yang sudah saya tumpuk. Siap untuk dibaca. Benar-benar harus menjadi seorang yang lain terlebih dahulu padahal saya tetap mau menjadi saya.

Minggu, 23 Desember 2012

Lagi Ngapain ?

"Lagi ngapain ?" 

Pertanyaan paling nggak penting, at least kalo menurut gw. Apa urusannya orang yang nanyain pertanyaan tersebut di hidupnya orang yang ditanyain. Terdengar sarkastik, ya ? Memang. Lebih tepatnya gw nggak ngerti maksud si penanya. Mungkin mereka cuma mau tau aja. Entah.

Gw lebih milih pertanyaan "Lagi dimana?" , seenggaknya dari pertanyaan itu gw bisa tau orang yang gw tanya lagi berada di tempat yang aman buat dia atau nggak. Dari jawaban pertanyaan "Lagi dimana?" gw tau orang yang gw tanya itu lagi ngapain. Misalnya aja orang yang gw tanya menjawab lagi di kosan temennya, berarti dia lagi main PES, lagi becanda sama temen-temennya atau lagi sibuk sama pikirannya sendiri, lagi galau. 

Kadang gw tau orang yang gw tanya itu lagi dimana, dengan lamanya waktu dia membalas pertanyaan yang gw berikan. Jika orang yang gw tanya membalasnya dengan lama berarti dia lagi ada di kosan temennya. Dia lagi main PES, nunggu sampe permainannya abis atau nunggu sampe ada yang kalah baru dia bisa bales pertanyaan gw tersebut. 

Kalo jawaban dari orang yang gw tanya itu ada di kampus. Biasanya dia lagi di lab jurusannya, lagi ngerjain alat buat lomba atau bahasa lain dia menyebutnya bekerja. Selain kerja, kalo di kampus biasanya orang yang gw tanya itu lagi nyoba alat-alat yang berhubungan sama jurusannya, atau ngebongkar alat-alat itu.

Rumah, jawaban ketiga dan jawaban yang paling jarang. Rumah buat orang yang gw tanya ini cuma tempat buat naro barang-barangnya dia doang. Dia sendiri nggak nyaman dan nggak tenang berada disana, di Rumah. Di tempat semua orang bisa pulang dan merasakan kehangatan, kenyamanan, ketenangan. Dan dia nggak bisa ngerasain itu semua.

Biasanya orang yang gw tanya menjawab pertanyaan "Lagi dimana?" dengan salah satu dari tiga jawaban yang udah gw jabarin diatas. Sekarangpun gw tau dia lagi dimana, tanpa harus menanyakan pertanyaan "Lagi dimana?" secara langsung.

Sabtu, 15 Desember 2012

Coba

"Coba gw lahir di keluarga kaya ya" Begitu kata temen gw pada suatu siang yang teduh, saat itu kita lagi makan siang. Gw kaget mendengar entah ini disebut pertanyaan ataupun pernyataan yang terlontar dari temen gw ini. Enggak ada angin maupun badai kok tiba-tiba dia bisa ngomong kayak gini. Setau gw, kondisi finansial keluarganya lebih daripada gw. Lalu kenapa dia tiba-tiba bisa berkata seperti itu ?
Lalu gw pun mencari tau apa landasan pemikirannya. Ternyata dia berpikiran tentang karir dan pernikahan. Gw juga bingung kenapa temen gw bisa tiba-tiba mikir kayak begituan di tengah hari yang teduh. Dia berpikiran bahwa susah untuk bisa setle pada umur 20-an. Kalo itu sih gw setuju. Lalu dia melanjutkan kalo dia lahir di keluarga yang kaya habis lulus kuliah bisa aja dia kerja di perusahaan keluarganya, nggak usah nyari kerja lagi dan nggak perlu susah-susah mikir gimana caranya bisa setle secara finansial. Trus dia mikir lagi tentang pernikahan, wanita itu punya 'bom waktu' untuk menikah. Ngerti kan maksudnya.

Lalu temen gw ini juga mempunyai satu kekhawatiran tentang masa depan yang berhubungan dengan pernikahan itu tadi. Dia mikir jaman sekarang itu sekitaran umur 20 an akhir aja orang-orang belum bisa setle secara finansial.Pernyataan yang ini gw juga setuju.

Pemikiran temen gw ini manarik, mari gw coba runut satu persatu. Pemikiran temen gw ngingetin gw sama omongannya Om Arman. Om Arman ini Om-nya Kak Chinta, kakak ipar gw. Om Arman, seorang pekerja keras, pengusaha yang bahkan dia nggak lulus SD. Bekerja seperti bakat alami nya. Om Arman ini bisa dibilang udah makan asam-garam kehidupan. Dia nge jalanin usahanya waktu dia umur 19 tahun, pada umur segitu dia udah berani minjem uang belasan juta di bank buat ngejalanin usahanya. Coba lo bayangin, waktu kita umur 19 tahun apa yang kita pikirin. Yang pasti pemikiran kita nggak sampe kayak pemikirannya Om Arman. Waktu jaman 98, dolar naik dan nilai rupiah turun drastis alias krisis ekonomi. Usaha Om Arman juga bangkrut, dia ngalamin tuh yang namanya jatoh dalam usaha. Dia jual semua harta untuk menunjang kebutuhannya sehari-hari. Sekarang sih usahanya om Arman udah mulai bangkit lagi. Tapi disaat usahanya mulai melaju ke atas inilah dia mulai sakit-sakitan dikarenakan kondisi badannya yang seriang dia forsir, pekerja keras.

Lalu apa yang dibilang Om Arman tentang finansial, hidup dan pernikahan. Dia bilang hidup itu mesti realistis, kita nggak bisa menikah hanya bermodalkan cinta. Cinta nggak bisa dimakan. Lalu dia juga bilang, generasi sekarang itu udah beda. Di jaman 80-90 an orang-orang yang berusia 20-an udah bisa setle secara finansial mereka bahkan udah bisa beli rumah, motor ataupun mobil karena emang jaman segitu belum banyak permasalahan ekonomi kayak sekarang. Generasi pada saat itu bisa setle ya karena jamannya juga mendukung. Bedanya sama generasi sekarang, generasi sekarang baru bisa setle secara finansial itu pada umur 30-an. Mereka baru bisa beli rumah ataupun mobil pada umur segitu ya karena jaman juga udah berubah. Nyari kerja jaman sekarang aja udah kayak sepotong roti yang direbutin sama banyak orang, susah.

Gw sendiri mau cari duit yang banyak lebih buat orang-orang sekeliling gw. Supaya gw bisa setidaknya memberikan sesuatu di dunia, contohnya buat nyokap gw. Gw pengen naikin dia Haji, pengen beliin dia rumah, pengen beliin dia mobil. Pengen nyenengin orang-orang di sekeliling gw deh pokoknya. Tapi apa yang Om Arman bilang pas denger omongan gw tadi. Dia bilang bagus gw udah punya niatan kayak gitu, tapi balik lagi hidup ini mesti realistis. Dia bilang malah enggak mungkin secara finansial gw bisa ngewujudin apa yang pengen gw lakuin buat nyokap gw itu. Apalagi tambah nggak mungkin gw bisa ngewujudinnya Om Arman bilang, rejeki itu udah ada yang ngatur, Tuhan. Kita boleh mimpi tentang ini-itu tapi nyatanya garis rejeki, jodoh, hidup dan kehidupan emang udah ada sutradaranya. Tuhan.

Rabu, 07 November 2012

Masalah

Semua orang di dunia ini mempunyai masalah. Bahkan bayi yang baru lahir dan ketika dia menghirup nafas pertamanya di bumi ini dia mempunyai masalah. Pada saat itu dia memang belum mengerti, suatu saat nanti dengan segala proses yang panjang dan dengan nilai-nilai yang ditanamkan oleh lingkungannya dia akan mengerti.

Semua orang di kota ini merasa lelah, waktu berjalan dengan cepat. Tiba-tiba pagi ketemu pagi lagi, malam ketemu malam lagi. Saya tentunya juga mempunyai masalah, bukannya saya mainstream. Tapi memang begitu adanya, semua orang di dunia ini punya masalah tak terkecuali saya. Sekarang ini saya hanya ingin melihat semua masalah apapun itu yang muncul kepermukaan atau yang akan muncul ke permukaan dengan berpikiran sesederhana mungkin. Memandang semuanya adalah suatu yang wajar. Yah, kalimat yang barusan sebenarnya kalimat dari dosen saya. Sekarang saya sedang berusaha tidak mau men-judge sesuatu apapun itu, daripada men-judge saya mau memahami, saya mau mengerti, saya mau menganggapnya sesuatu yang wajar.

Senin, 29 Oktober 2012

Pasar

Saya hanya duduk dan mengamati. Di depan saya berdiri seorang anak SD kelas 6, sedang menjajakan dagangan di lapak milik ibunya. Di depan anak itu ada dua pelanggan yang ingin membeli barang dagangannya. Anak itu dengan santai menjawab pertanyaan tentang harga yang ditanyakan oleh pelanggan kepadanya. Pada saat itu dengan tidak sadar dia dikelilingi oleh kehidupan pasar. Dikelilingi oleh cara hidup pasar.

 Jika saya pernah membaca sebuah postingan di sebuah blog dimana dia mengatakan bahwa tempat mendapatkan pelajaran sebenarnya bukan diruang kelas tapi lebih tepatnya di jalanan. Saya hanya ingin menambahkan bukan hanya jalanan saja yang bisa menjadi ruang kelas, semua tempat dimanapun itu yang memberikan kita pengetahuan baru bisa disebut sebagai ruang kelas, salah satunya pasar.

Anak ini belum sadar akan ruang kelasnya, karena dia sangat menikmati tugasnya yang menjaga lapak Ibunya pada hari libur sekolah. Dengan candanya, dia senang menggoda pengangkut barang bahkan penjual makanan untuk mengurangi kebosanannya. Mungkin dia sudah mengerti akan jalan hidupnya, menerimanya. Saya bisa melihat ruang kelas anak ini tapi sepertinya anak ini belum bisa melihatnya.

Minggu, 21 Oktober 2012

Huruf dan Angka

Gw prihatin sama generasi anak-anak kecil sekarang. Dan lebih prihatin lagi sama orangtua mereka. Banyaknya lembaga les ini-itu memaksa mereka untuk mengorbankan waktu bermain menjadi belajar. Enggak ada yang salah emang dengan belajar, tapi les mengenal huruf dan angka untuk anak-anak umur pra sekolah itu kalo menurut gw kayak manusia diajarin cara bernafas. Sebenernya yang oon itu siapa anaknya atau orangtuanya, sampai-sampai untuk mengenal huruf dan angka saja mesti les dan terlebih lagi diluaran sana memang banyak lembaga les yang khusus untuk mengajarkan membaca dan mengenal huruf.

Enggak semua anak suka dengan kegiatan les ini. Bisa aja dia ikut les ini karena emang tuntutan orangtuanya yang udah bayar mahal. Tuntutan orangtuanya yang menargetkan anaknya supaya jadi orang yang pintar. Pemikirannya orangtuanya sempit, pintar itu nggak cuma masalah akademis aja. Percuma kalo anaknya pinter akademisnya tapi dia nggak pinter berkawan atau dia nggak pinter dalam mengolah emosinya terlebih kalo dia nggak pinter dalam menempatkan diri. Orangtua yang berpikiran sempit ini belum mengenal SQ dan EQ. Orangtua yang katanya modern ini hanya berpatokan pada IQ. Bah jaman sekarang banyak orang pinter. Tinggal nyari orang yang pinter ngapain, pinter bohong, pinter nipu, pinter nyuri uang rakyat. 

Kata pinter nggak melulu berada dilingkungan yang berbau akademis aja. Bisa ada di bidang seni, bisa juga ada di bidang olahraga atau bahkan memasak. Kata pinter nggak melulu berhubungan dengan huruf dan angka. Enggak semua anak harus pinter dibidang akademis kan? Kalo semua anak dituntut untuk pinter dibidang akademis lalu siapa yang nantinya akan menjadi musisi handal, siapa yang akan menjadi atlet hebat. Ngapain amat maksa anak untuk ikut les mengenal huruf dan angka kalo emang anaknya nggak suka dan kalo emang anaknya punya kesukaan dibidang lain. Kenapa nggak didukug dengan fasilitas yang memadai sesuai dengan kesukaan si anak.

Ngomongin huruf dan angka, gw jadi inget jaman gw kecil, jaman gw kenal sama huruf dan angka. Gw kenal huruf dan angka sebelum masuk TK dan tanpa ada yang ngajarin. Seinget gw, gw hanya meniru huruf-huruf yang gw liat di koran dan dimanapun tempat yang ada hurufnya, sebelum masuk TK gw udah bisa nulis Saking senengnya gw kenal sama huruf dan angka, tembok dan pintu rumah gw coret-coret dengan huruf maupun angka yang ada diotak gw pada saat itu. Enggak ada les ini-itu, waktu kecil sisa hari gw gunain buat main, main, dan bermain. Waktu gw kecil juga masih banyak bahan bacaan buat anak-anak kayak majalah bobo, Donald Bebek, Ino. Sekarang kok anak-anak kecil nggak ada yang langganan majalah-majalah itu. Ah, sudahlah. Toh intinya mengenal huruf dan angka bisa dilakukan dimana saja.

Bukankah membosankan jika seorang anak yang sudah besar nantinya bercerita bahwa pertama kali dia mengenal huruf dan angka itu ketika dia ikut kursus, iya kursus mengenal huruf dan angka.

Saya Mencoba

Semakin saya membaca, semakin saya mengerti. Saya banyak membaca hari ini. Membaca banyak pemikiran yang tertuang pada postingan-postingan yang ada di sebuah alamat blog. Pemikiran sederhana dengan gaya penulisan yang tidak biasa. Tulisannya mengajak saya berpikir, iya lagi-lagi pikiran saya yang tidak bisa pasif ini mencoba menelaah setiap pemikirannya. Setiap tulisannya seperti terkoneksi dengan pemikiran yang pernah saya miliki atau yang masih saya miliki sampai saat ini. 
Ada beberapa tulisannya yang memang mewakili apa yang pernah saya pikirkan atau malah masih saya pikirkan sampai sekarang. Tulisannya adalah representasi sastra  pemikiran yang pernah saya miliki atau yang masih saya miliki. Representasi sastra ? Iya karena dia menuliskannya dengan gaya bahasa yang apik, seperti pemikiran orang sabar yang tertata rapi. Pemikiran orang yang melihat masalah tidak hanya dari satu sisi. Saya tau yang menulis postingan tersebut bukanlah anak sastra. Tapi dia adalah penikmat sastra.
Saya mencoba untuk menyingkirkan sejenak pikiran yang kembali menyeruak ketika saya membaca tulisan-tulisannya. Masalah bukan pada tulisan-tulisannya, tapi masalahnya ada pada saya. 

Jumat, 19 Oktober 2012

Saya Memlilih

Saya memilih untuk bisa karena dengan bisa saya berguna, berguna untuk siapa ? Berguna untuk orang-orang disekeliling saya pada khususnya dan berguna untuk orang-orang yang akan saya kenal nanti pada umumnya.

Saya memilih untuk senang karena saya memiliki banyak alasan untuk merasa senang. 

Saya memilih untuk memiliki pemikiran seperti ini setidaknya untuk sekarang dan tidak tau akan sampai kapan karena jika saya tanya kenapa itu pasti tidak akan ada ujungnya.

Sabtu, 13 Oktober 2012

Bahan Bacaan

The Kite Runner - Khaled Hosseini
To Kill a Mocking Bird - Harper Lee
Disgrace - J.M Coetzee
The Byron Journals - Daniel Ducrou

Setidaknya ada bahan bacaan buat minggu-minggu ini. Minggu hectic yang nggak harus dibawa hectic.

"Kau tidak akan pernah bisa memahami seseorang hingga kau melihat segala sesuatu dari sudut pandangnya...hingga kau menyusup ke balik kulitnya dan menjalani hidup dengan caranya." 
- Harper Lee dalam To Kill a Mockingbird

"Sesuatu yang terjadi dalam beberapa hari, kadang-kadang bahkan dalam sehari, bisa mengubah kesuluruhan jalan hidup seseorang."  - Khaled Hosseini dalam The Kite Runner

"Sometimes you need to lose yourself before you can find what you're looking for" - Daniel Ducrou dalam The Byron Journals

Sabtu, 08 September 2012

A.N.N.A

Seorang sahabat SMA, seorang yang punya suara bagus, seorang yang pinter gambar, seorang yang juga jago nulis. Anna punya bakat seni dalam dirinya. Suaranya bagus, waktu awal kuliah di UNS dia ikut audisi buat masuk paduan suara di kampusnya. Dia keterima dan dari situ dia ikut banyak kompetisi dan festival paduan suara. Enggak hanya paduan suara tingkat lokal dan nasional aja, Anna juga ikut festival paduan suara tingkat internasional. Gw kurang tau nama kompetisi dan festival yang dia ikutin. Yang gw inget jelas itu negara-negara yang pernah dia kunjungin.

Negara pertama yang diinjak selain Indonesia adalah negara bekas komunis, Cina. Lalu setahun berikutnya Anna ikut festival nyanyi di Pattaya, Thailand. Dan tahun ini dia berkesempatan ke Perancis. Baru-baru ini dia ikut lomba paduan suara di Bali dan paduan suara kampusnya memenangkan juara umum. Gw nggak lebay dong kali ini, kalo gw bilang gw bangga banget sama Anna.

Trus kenapa lo bisa tau semua negara yang dia datengin ? Karena dia selalu bawain oleh-oleh tiap kali dia pulang dari luar negri. Hehehe. Terakhir ketemu gw dibawain kopi Banaran, Anna masih inget aja lagi kalo gw suka minum kopi. Iya coffee seperti nama blog ini.

Terakhir gw ketemu Anna itu sebelum lebaran, pas bulan puasa kemaren. Anna baru pulang dari kompetisinya yang di Bali itu. Seperti biasa kalo ketemu kita pasti cerita-cerita. O, iya gara-gara Anna bawain kopi Banaran, gw sengaja buat beli mug yang bagus sama krimer buat minum kopi Banaran yang dibawain Anna itu.

Waktu kelas 1 SMA. Gw sama Anna pernah suka sama senior yang sama. Tapi gw nggak tau kalo dia berani se-ekstrem itu untuk sms senior yang biasa gw beri nama samaran bebe ndut itu. Dan gw baru tau tentang kesukaannya dia sama bebe ndut itu waktu kita sekelas pas kelas 2.

Gw sama Anna deket, karena sama-sama suka baca buku. Setiap ada novel yang bagus pasti kita rekomen satu sama lain dan kalo udah selesai baca, biasanya kita diskusiin disela-sela jam kosong. Waktu SMA, sepulang dari les bahasa Inggris. Anna sering berbagi cerita.

Gw inget Anna cerita tentang keberuntungan akademik yang di dapatnya selama ini. Dia cerita tentang keberuntungan yang dia dapet sampe dia bisa masuk SMA kita tercinta yang memang jadi sekolah favorit di Jakarta Selatan. Dia bertanya-tanya apakah keberuntungan akademiknya akan ada ketika dia akan kuliah. Dan pertanyaannya terjawab, Anna dapet PMDK di UNS. Anna mungkin menganggapnya keberuntungan tapi menurut gw itu adalah takdir baiknya. Takdir baik akan kebaikan yang sudah dia tanam atau yang akan dia tanam nantinya.

Bukan berarti pertemanan gw sama Anna juga nggak ada konflik. Buat semua hubungan yang nggak fake, konflik pasti ada. Tapi jelas penyebab konflik itu adalah gw, sifat gw yang moody dan childish kadang buat Anna kesel. Bukan kadang, gw sering buat Anna kesel.

Enggak tau ada angin apa, kemaren sore Anna nge-twitpict gambar yang ada di bawah ini. Pas gw liat mention dari Anna, gw lagi rapat buat rundown untuk RCBL. Disaat jenuhnya rapat, trus tiba-tiba ngeliat twitpict ini tuh rasanya seneng make banget. Gw histeris di tempat. Gw langsung kasih unjuk Ria dan saat itu juga langsung gw jadiin dp bbm.


Gw udah bilang belum kalo Anna juga jago gambar. Anna pernah gambar muka gw dan gambar itu jadi kado ultah buat gw. Sampe sekarang gambar itu masih gw simpen.

Pokoke Anna the best. Walaupun kita emang nggak sering kontak-kontakan karena kesibukan kuliah dan urusan masing-masing. Tapi setiap Anna pulang ke Jakarta dan kalo dia ngasih tau akan kedatangannya, pasti gw bakal kerumahnya. Udah kangen soalnya.

Sekali lagi pokoke Anna the best. Pokoknya jangan lupa undang gw pas lo married nanti ya, na ?

Karena gw nggak bisa gambar dan cuma bisa nulis nggak jelas, jadi gw nulis ini karena gw udah dikirimin twitpict yang ciamik.

Rabu, 29 Agustus 2012

Lima Ribu Lima Ratus

Sore itu seseorang terlihat sedang berusaha menyelesaikan pekerjaannya. Andi, seorang front officer yang selalu kebagian shift pagi, ingin sekali cepat pulang. Tidak ada alasan khusus, kenapa Andi ingin cepat pulang. Dia hanya ingin cepat-cepat keluar dari ruko putih empat lantai itu, muak rasanya bekerja dengan atasan yang sifatnya sebelas-dua belas dengan Adolf Hitler, diktator. Belum lagi teman satu mejanya, iya karena Andi adalah seorang front officer tentunya dia harus berbagi meja dengan Rina, seorang perempuan tambun yang hobinya selain aerobic adalah nyinyir, ngerumpi, bergosip dan ngomongin hal-hal yang lebih banyak jeleknya ketimbang baiknya, hal-hal ini bersangkutan dengan satu nama, Pak Joyo, atasan mereka.

Sebenarnya Andi heran dengan hobi Rina yang suka ngomongin Pak Joyo di belakang. Dia pun punya perasaan yang sama terhadap Pak Joyo si juara satu diktator itu. Tapi apakah mesti, Rina menghina Pak Joyo di belakang, hampir setiap hari. Mungkin kata-kata hinaan yang keluar dari mulut Rina itu teruntuk Pak Joyo, tapi karena setiap hari Andi yang terkena getahnya untuk mendengar hinaan itu, lama-lama kuping Andi panas juga. Dia sudah muak mendengar segala hinaan dan umpatan tidak jelas Rina, tapi apa yang bisa dilakukan Andi? Pemuda pendiam dan sangat menjunjung tinggi sopan santun ini, tidak bisa melakukan apa-apa. Dia hanya diam, bahkan dia tidak mempunyai kemauan untuk menegur Rina.

Suara getar handphone mengalihkan kesibukan Andi yang sedang mengetik. Ada sms masuk, dia pun membukanya.

Ndi, di dompet lo ada uang lima ratus-an kertas yang kan ya ? Gue ganti deh, ndi, buat mas kawin abang gue nikahan nih. Dia butuh uang kertas lima ratus-an. Gimana, boleh nggak ? Kabarin gue secepatnye, yee...

Sms dari Farid, sahabatnya dari SMA. Dia sudah mendengar kabar bahwa abangnya Farid akan melaksanakan akad nikah dua minggu lagi. Uang lima ratus kertas yang bergambar monyet yang dikeluarkan PERURI pada tahun 1992 masih tersimpan dengan sangat mulus di dompetnya. Andi tidak menyangka kalau uang tersebut sebentar lagi akan berpindah tangan.

Andi melirik ke arah jam tangannya. Jam 16:35. Dua puluh lima menit lagi sebelum waktunya dia bisa keluar dari kantor yang nggak ubahnya seperti sarang siluman itu. Sembari mengetik, dia pun teringat dengan asal usul uang lima ratus-an kertas yang ada dalam dompetnya.

Tiga tahun yang lalu...

"Ndi, waaah, selamet ulang tahun ya. Makan-makan doong. Gue, sebagai satu-satunya temen lo di sekolah ini patut mendapatkan traktiran. Ya nggak ? !" Begitu sapa Farid ketika melihat Andi yang baru saja masuk kelas dan langsung duduk di sebelahnya. Memang Farid dan Andi adalah teman sebangku. Seperti kata Farid, Andi hanya mempunyai satu teman pada saat SMA dulu. Dia tidak mempunyai banyak teman karena sifat pendiam akutnya.

Andi yang baru saja, meletakkan tas diatas meja dan langsung duduk di samping Farid pun menjawab dengan malas "Makasih ya. Iya deh pulang sekolah nanti, gue ajak lo ke tempat makan favorit gue."

Mendengar jawaban Andi, Farid mendadak excited hari itu. Dia ingin cepat-cepat mendengar bel pulang. Bel yang dinanti-nanti oleh semua siswa satu sekolah. Suara bel yang akan mengantarkan Farid ke makan gratisnya, traktiran.

Jam sekolah usai dan Farid mempunyai ekspetasi yang sangat besar tentang tempat makan favorit Andi. Kenapa ? Kenapa Farid sampai mempunyai ekspetasi sebesar itu ? Karena Farid tau kalau Andi adalah anak dari orang kaya. Mungkin penampilan Andi sederhana tapi ketika Farid pernah beberapa kali ke rumah Andi. Keluarganya bisa dibilang sangat jauh dari kata sederhana. Ayahnya adalah pengusaha percetakan ternama di Indonesia. Rumahnya sendiri menempati salah satu rumah besar yang berada di pinggir jalan kawasan Bintaro Sektor 4. Karena Farid tau latar belakang keluarga Andi, dia bertanya-tanya sendiri tempat makan favorit Andi itu dimana.

"Terus sedikit lagi. Bentar lagi kita nyampe." Begitu kata Andi yang dibonceng oleh Farid dengan motor bebek kesayangannya. Iya, bahkan Andi tidak membawa motor ke sekolah. Biasanya dia naik angkot atau jika cuaca sedikit bersahabat dia akan naik sepeda. Mungkin Andi berasal dari keluarga yang kaya, tapi dia sama sekali tidak merasa. Keluarganya yang kaya, bukan dia. Begitu pikirnya. "Nah, kita udah sampe !"

Farid mematikan mesin motornya lalu melihat sekeliling. Ini bukan parkiran mall, ini juga bukan parkiran cafe dan terlebih lagi ini bukan parkiran restoran ternama. Farid lalu melihat di depan tempat dia memarkir motornya ada sebuah rumah makan yang bertuliskan WARTEG MAS DARNO. "Serius ini tempat makan favorit lo?" Dan Andi pun mengangguk.

WARTEG MAS DARNO nggak ubahnya dengan warteg-warteg lain yang bisa dijumpai di Jakarta. Hanya satu ruangan yang diisi dengan meja-meja yang berbentuk segiempat. Diatas meja-meja itu lalu di taruh rak kaca yang berisi aneka lauk-pauk khas warteg. Mulai dari orek tempe, sambal balado, ayam goreng, sayur sop, capcai, sambel goreng kentang, ikan mujaer bumbu kuning, kerupuk dan masih banyak lagi menu lainnya. Yang membedakan warteg Mas Darno dengan warteg yang lain adalah harganya yang lebih murah serta ada pilihan nasi merah dan juga ada buah-buahan seperti jeruk dan pisang yang juga tersaji di rak kaca.

"Gw enggak abis pikir ada ya anak orang kaya yang tempat makan favoritnya itu warteg. Gw aja yang kere gini jarang banget makan di warteg."

"Bukan gw yang kaya tapi.."

"Bokap lo ? Lo mau ngomong itu kan ?"

"Bokap tiri gw lebih tepatnya. Lo kan tau itu."

"Tapi tetep aja itu bokap lo sekarang."

Andi lalu mempersilahkan Farid untuk memesan apa saja makanan yang dia suka di warteg itu. Farid yang bertubuh tinggi besar pun tanpa sungkan sudah memesan segala lauk pauk yang ingin dia makan. Sembari mereka berdua makan, percakapan pun berlanjut.

"Jadi, lo mau kuliah dimana, Ndi ? Udah kelas tiga nih kita sekarang. Enggak kerasa yee, bentar lagi kita udah mau lulus aje."

"Enggak tau"

"Lho, kok enggak tau. Kalo gw nih ya, gw mau kuliah di Bandung. Mau kuliah di ITB FSRD. Pokoknya gw mau keluar dari Jakarta deh, Ndi. Sumpek banget ini kota. Tapi lo tau kan jurusan apa yang mau lo ambil?"

"Hukum. Gue mau jadi pengacara. Gue mau nuntut bokap gw."

"Bokap kandung lo ? Ndi, lo jangan macem-macem yee, udah enak-enak lo dikasih hidup yang kayak begini. Lo tinggal di rumah yang mewah dengan segala fasilitas yang ada. Gue enggak tau alasan lo, tapi lo enggak mau make fasilitas itu. Gue kalo jadi lo, mungkin pas gue lagi ulang taun kayak gini. Gue bakalan ngajakin temen gue satu-satunya makan di The Buffet. Eh sori ndi, itu sebenernya cuman angan-angan gue doang. Abis gue kira pas lo bilang lo mau traktir, lo bakalan nraktir di restoran mahal. Tapi makanan warteg Mas Darno enak juga kok, ndi. Hehe."

Andi hanya bisa mendengarkan serentetan kata-kata yang keluar dari mulut Farid ketika mereka sedang makan. Dia sudah tau jurusan yang akan diambilnya ketika kuliah nanti tapi dia belum tau dimana.

"Rid, gue mau kerja deh."

"Kerja di perusahaan bokap lo ? Trus lo nggak kuliah ? Gila kali lo !"

"Bukan, bukan di perusahaan bokap tiri gue. Gue males ngeliat tampang-tampang bawahannya bokap yang sok gila hormat itu. Kalo ada bokap, mereka pada masang senyum manis ke gue, kalo nggak ada bokap, boro-boro senyum. Mandang gue aja enggak. Mungkin mereka tau, gw cuma anak tirinya kali ya? Gw kemaren browsing di internet tentang kuliah malem. Ada beberapa universitas di Jakarta yang punya kelas malem. Dan ada satu yang punya jurusan hukum. Gw mau masuk situ aja. Paginya gw mau kerja, gw mau biayain kuliah gw sendiri"

"Anjrit ! Kece bangkur pemikiran lo. Enggak nyesel deh gue jadi temen lo satu-satunya. Trus kalo enggak kerja di perusahaan bokap lo, lo mau kerja dimana ?"

"Gue belum tau. Dimana aja yang nerima lulusan SMA dan bisa kerja pagi. Seenggaknya itu pekerjaan ada shift pagi nya dan gue berharap bisa ditempatin terus di shift pagi."

Farid hanya bisa mengangguk-angguk. Salut bukan main dengan temannya yang satu ini. Dia selalu heran kenapa anak orang kaya bisa berlaku se sederhana ini. Di saat banyak remaja diluar sana yang berlomba-lomba memamerkan harta orang tuanya di mall-mall dengan baju, sepatu, tas dan gadget yang mereka punya. Andi sangatlah bertolak belakang dengan mereka.

Andi juga sibuk dengan pemikirannya sendiri. Dia juga selalu heran dengan ekspresi tidak percaya Farid tentang hal-hal yang dianggapnya sangat normal untuk dilakukan, seperti naik angkot ke sekolah atau makan di warteg seperti ini misalnya. Dengan berbagai peristiwa yang sudah dialaminya dari kecil sampai sekarang, dia tersadar bahwa dia memang sebenarnya tidak memiliki apa-apa. Walaupun sekarang kehidupannya sudah jauh lebih baik tapi dia merasa bahwa memang dia tidak memiliki apa-apa. Segala kekayaan beserta rumah mewah adalah milik Ayah tirinya, diatas itu semua Andi sadar bahwa harta hanyalah seonggok titipan dari yang mahakuasa, toh kita terlahir di dunia saja bertelanjang dan tidak membawa apa-apa.Seperti bumi yang berputar mengelilingi porosnya. Hidup ini pun berputar. Semuanya bisa diambil kapan saja oleh kehendak-Nya, atas izin dari-Nya. Itulah pemikiran Andi tentang kenapa dia lebih memilih untuk berkehidupan sederhana. Pemikiran yang tidak biasa dari seorang remaja yang baru berulang tahun kedelapan belas.

"Pak, maaf. Tapi uang ini udah nggak laku lagi. Uang ini udah nggak beredar, udah ditarik dari peredaran semenjak setahun yang lalu." Begitu kata Mas Darno kepada seorang bapak pemulung yang hendak membayar makanannya.

Andi yang melihat kejadian itu pun bertanya kepada Mas Darno "Ada apa, Mas Darno ?"

Mas Darno yang memang sudah mengenal Andi pun menjelaskan "Gini ndi, bapak-bapak ini mau bayar makanannya. Tapi uangnya udah nggak beredar lagi. Nih liat nih, uang ini kan udah ditarik dari peredaran dari setahun yang lalu."

"Yaudah mas, biar saya aja yang bayar. Tapi uang ini boleh buat saya ?"

Bapak pemulung yang dari tadi hanya mendengar percakapan antara Mas Darno dengan Andi spontan langsung berseru dengan kerasnya "Terimakasih yeee dek ! Gua kagak tau kalo uang itu udah kagak beredar lagi. Gua cuman dikasih sama orang, emang bener-bener sialan itu orangnya. Ngasih gw uang yang udah nggak laku. Maklum yee dek, gua kagak makan bangku sekolaan ya kayak beginih dah. Sekali lagi makasih yee !"

Farid yang melihat kejadian itu spontan bereaksi "Hari ini lo nggak cuman nraktir gue, ternyata lo juga nraktir bapak pemulung itu."

"Gue nggak nraktir pemulung itu. Gue cuma ngeganti uangnya aja. Nih, uang bapak itu ada di gue." Andi lantas menunjukan uang bapak pemulung itu yang berpindah tangan dari bapak pemulung lalu ke Mas Darno dan sekarang ada di dia. Selembar uang lima ribuan yang bergambar danau kelimutu dan selembar uang lima ratus yang bergambar orang utan.

"Lima ribu lima ratus ?"

17:00

Waktu yang ditunggu-tunggu oleh Andi. Waktunya dia keluar dari ruko sarang siluman ini. Sembari beres-beres meja kerjanya, Andi menelepon Farid.

"Halo, Rid. Iya. Lo pake aja, buat mas kawin abang lo kan ? Nyantai aja ama gue, udah enggak usah di ganti...."

Percakapan dua sahabat ini berlanjut. Sewaktu Andi menerima uang tersebut dia sempat berpikir. Uang yang sudah tidak laku ini sewaktu-waktu akan berpindah tangan. Uang ini akan berputar entah ke siapa.

Seperti hidup dan kehidupan. Berputar.




This short story is written by

Oojim


Senin, 12 Maret 2012

Banyak Cerita di Bus Malam

Cerita apa, Jo ?

Cerita tentang perjalanan gw ke Gunung Kidul sendirian. Memang banyak orang diluar sana yang melakukan perjalanan ke suatu tempat sendirian, mereka biasa disebut solo backpacker. Tapi gw bukan solo backpacker, gw ke Gunung Kidul sendirian memang dalam rangka nengokin mbah gw, silaturahmi dan sowan sama orang-orang disana sekaligus liburan.

Banyak cerita yang gw dapet selama perjalanan menuju Gunung Kidul, cerita-cerita itu gw denger dari orang-orang yang duduk disebelah gw dan juga dari pak supir. Begini cerita yang gw dapet ketika gw berada di dalam bus malem selama 18.5 jam.

Gw duduk paling depan, sengaja biar deket supir dan pintu keluar.

Pas gw naik, bis masih kosong karena bis masih ngambil penumpang lagi di Cibitung.

Karena gw duduk paling depan jadi beginilah kira-kira pandangan yang gw liat selama di perjalanan. [gambar ini diambil masih di Jakarta]


Cerita #1
Cerita ini gw dapet dari bapak-bapak yang duduk di sebelah gw. Pekerjaannya adalah renovator cafe, mall, toko dan sebagainya. Renovator apaan jo? Renovator itu kayak kuli bangunan, gw menyebutnya renovator biar kedengeran lebih keren aja gitu. Dia ceritain tentang kerjaan dia, dan katanya [gw nggak tau ini bener apa nggak] dia pernah dapet proyek renovasi buat di Kalimantan, Bali, dan kota-kota besar di pulau Jawa lah pokoknya. Nah, dari banyak cerita dari bapak ini dia cerita tentang temennya yang namanya Mas Herman. Mas Herman ini temen waktu dia lagi renovasi cafe di Bali, tadinya Mas Herman adalah salah satu pegawai cafe makanya mereka bisa kenal. Mas Herman orang asli orang Bima, dateng ke Bali untuk merantau. Tapi waktu bom bali dia kena phk dan akhirnya balik lagi ke Bima. Yang namanya Mas Herman ini sempet putus asa, sampai akhirnya dia ketemu sama salah satu temennya dan dibukain jalan buat usaha online. Lo mau tau apa usaha nya? Usaha travel yang omset perharinya bisa mencapai 100 juta.

Whaaaaaat?! Iya gw bener-bener nggak tau cerita itu bener apa nggak. Gw diceritain cerita itu soalnya gw bilang kalo gw kuliah jurusan Sistem Informasi. Trus dia cerita kalo ada temennya di Lombok yang mengembangkan usaha travel online dengan omset perhari mencapai 100 juta. Usahanya itu ngurusin para wisatawan dalem negeri maupun yang kebanyakan dari luar negeri untuk naik ke Gunung Rinjani atau sekedar mengunjungi pantai-pantai yang ada di Lombok. I have no idea about this story. Kalo cerita ini bener yang bisa gw tangkep adalah kita bener-bener nggak tau jalan hidup kita kedepannya kayak gimana. Ya lo bayangin aja dari seorang pegawai cafe yang kena PHK sampe bisa jadi pengusaha travel online. Ajigile daaaah[in case kalo cerita ini bener].

Cerita #2
Jadi ya friends, sekitar jam setengah 6 sore bis sempet berhenti di rumah makan buat rehat. Dan emang di bis yang gw naikin ini tiket yang kita beli udah termasuk makan prasmanan. Alhasil gw makan dulu ya walaupun nasi dan lauknya nggak ada rasanya.

Rumah Makan Taman Sari 2. Tempat pemberhentian bus untuk makan prasmanan.

Makanan prasmanan nya. Rasanya hambar.

Well, abis dari rumah makan itu bis melanjutkan perjalanan. Hari udah gelap, gw nggak bisa ngelanjutin baca novel. Gw tidur bentar dan sekitar jam setengah 8 gw dapet sms dari bule gw yang ada di Gunung Kidul yang berisi "Nduk, jangan tidur terus !" Begitu baca sms itu, badan gw seger buger alias udah nggak ngantuk lagi. Semakin malem, bis semakin dingin apalagi ditambah AC yang nggak bisa diatur suhunya seenak kita. Karena gw duduk paling depan dan hp gw juga udah lowbat. Alhasil gw numpang ngecas hp di depan[tempat pak supir dan kondektur].

Pemandangan dari bangku kondektur. Di depan mata udah kaca bis segede gaban. Pemandangan inilah yang gw liat selagi dengerin pak supir bercerita.(foto nggak penting)

Nah, karena di depan nggak begitu dingin[karena ngggak dipakein AC] jadinya gw numpang duduk di samping kondektur dan alhasil dari jam 8 malem sampe jam setengah 11 gw nemenin pak supir ngobrol. Pak supir ngiranya gw mau ke Senen, soalnya pas berangkat gw emang nunggu bis nya di depan jalan masuk rumah gw, di depan SuperIndo, Caplin. Dikiranya lagi gw belum beli tiket, padahal mah gw udah pegang tiket. Emang sengaja gw nunggu di Caplin biar gw nggak perlu ke terminal, toh bis nya juga sekalian lewat.

Eniweeeeei, cerita yang gw dapet dari bapak supir adalah tentang anaknya. Pertama dia nanyain gw kuliah dimana, trus ip gw berapa. Dan katanya ip gw sama kayak ip anaknya. Anaknya itu cowo, rajin, anak Universitas Negeri Semarang jurusan pendidikan geografi dan udah semester 8, tahun ini anaknya udah skripsi dan katanya tahun ini juga insya Allah udah wisuda.

Dari cerita pak supir terlihat bahwa pak supir bangga banget sama anaknya. Dia memang nggak pernah memuji secara langsung ke anaknya itu tapi dari cerita-ceritanya keliahatan banget kok kalo pak supir memang bangga sama anaknya. Gimana nggak bangga, anaknya ini ngertiin banget kondisi orang tuanya. Dia udah jadi asdos dari semester 3, katanya kalo mau jadi asdos disana itu mesti di tes dulu. IP anaknya juga terbilang bagus untuk seukuran anak cowo. Anak cowo kuliahan biasanya yang dipikirin apa siiih, kalo nggak mian ya cewe kan.

Tapi anak pak supir ini, emang niat belajar dan suka ikut lomba karya ilmiah, dapet juara dan hadiahnya bisa sampe jutaan. Waktu pak supir nawarin beliin laptop, anaknya menolak sampe akhirnya anaknya ini bisa beli laptop make duit hasil tabungannya sendiri. Anaknya juga nambahin uang jajan dari ngajar les privat anak sekolah. Anaknya juga salah satu yang ditunjuk untuk jadi ketua kelompok waktu KKN dan katanya anaknya juga aktif organisasi di kampusnya. Trus pak supir cerita lagi kalo sekarang anaknya secara fisik udah berubah. Katanya dulu item, kurus dan sekarang udah bersih dan juga berisi, pak supir berpikiran kalo anaknya seperti itu mungkin karena udah bisa cari duit sendiri. Dengerin cerita pak supir gw jadi nanya-nanya sendiri "Nyokap gw pernah nggak ya cerita dengan perasaan seantusias ini ke orang lain tentang gw?"

Cerita #3
Cerita terakhir, jadi pas di terminal Wonogiri bis sempat berhenti agak lama untuk menurunkan penumpang yang banyak turun di Wonogiri. Di terminal ini juga dijadikan tempat perpindahan bis. Misalnya kan ada tuh bis yang emang pemberhentian terakhirnya cuma sampe Wonogiri, nah sementara yang naik bis itu ada yang tujuannya Pracimantoro atau Batu. Jadi di terminal ini juga ada oper-operan penumpang. Btw, gw sampe di terminal Wonogiri sekitar jam 5, penumpang udah pada turun tapi ada juga penumpang yang naik.

Cerita terakhir gw dapet dari bapak-bapak yang baru naik di Wonogiri, tujuannya itu daerah di sebelum Pracimantoro. Gw nggak tau nama daerahnya apa. Lagi-lagi bapaknya nanya gw kuliah dimana dan jurusan apa. Pas gw udah jawab, dia lalu menceritakan tentang anaknya. Tadinya gw kira anaknya cewe, karena awalnya dia cerita anaknya juga kuliah, semesternya sama kayak gw di UPN Veteran Jakarta dengan jurusan keperawatan. Gw mikirnya "Wah keperawatan pasti anaknya cewe" nggak taunya anaknya cowo. Selepas SMA anaknya ini minta pendapat tentang jurusan kuliah ke sodara-sodaranya yang emang kebanyakan kerjanya di rumah sakit. Makanya anaknya memutuskan untuk kuliah jurusan keperawatan, ada alasan lain anaknya ini milih jurusan keperawatan, biar bisa ngurus ibunya. Mungkin istri bapak ini sakit penyakit tertentu. Gw sendiri kurang tau soalnya gw juga nggak nanya. Dan kalo menurut gw, nggak sopan aja buat nanya hal kayak gitu ke stranger.

Seperti pak supir, terlihat bahwa bapak ini juga bangga sama anaknya. Anaknya lagi magang di rumah sakit gatot subroto dan karena anaknya ngekos di deket kampus, dia baru bisa pulang ke rumah pas hari minggu. Bapak ini ngeliat perubahan dari anaknya pas anaknya ini magang di rumah sakit untuk ngerawat orang-orang sakit. Ketika pulang ke rumah setiap weekend, anaknya yang hanya salim aja kepada bapak dan ibunya, selepas magang ketika pulang ke rumah anaknya mencium bapak dan ibunya. What a sweet. Gw aja belum pernah kayak gitu, gw cipika-cipiki sama emak gw pas lebaran sama pas gw sama ibu ulang tahun doang. Lha ini anaknya nyium bapak sama ibunya ketika dia pulang ke rumah setiap minggunya. Kesimpulan gw, karena dia magang di rumah sakit dan ngeliat serta merawat orang-orang sakit secara langsung jadi dia lebih menghargai berkah Tuhan dan secara langsung menyadarkan dia untuk lebih bersyukur akan kesehatan orang-orang disekelilingnya.

Bapaknya cerita kalo kuliah keperawatan itu cukup mahal dan anaknya udah diberi pengertian kalo kerjaannya nanti memang untuk melayani orang sakit. Bapak ini mengajarkan kepada anaknya untuk merawat orang sakit dengan tulus, ramah dan penuh senyum. Bapak ini sudah memberikan pengertian kepada anaknya untuk nggak mengharapkan gaji besar ketika bekerja nanti, karena kita semua tau gaji perawat tidak seberapa. Bapak ini sudah menanamkan kepada anaknya untuk nggak berharap materi dari pekerjaannya nanti tapi berharap pahala dari Allah karena telah merawat sesama makhluk. What a great thinking.

Bapaknya turun di daerah sebelum Pracimantoro dan gw pun sebentar lagi udah mau sampe tempat gw turun yaitu pasar Pracimantoro. Gw sampe pasar Pracimantoro jam 6 pagi dan turun dari bis langsung disapa sama tukang ojek. Asli, pasar pracimantoro udah beda banget dari sekitar 5-6 tahun yang lalu. Waktu dulu jangankan ojek, angkutan umum aja hanya mobil carry yang dicharter. Waktu jaman dulu juga pasar Praci hanya ramai pas hari pasar Jawa tapi kini setiap hari juga ramai. Jam 6 orang-orang juga sudah memulai aktivitasnya. Ya, layaknya di Jakarta bedanya udara disana lebih bersih. Jam 6 pagi saja kabut belum hilang.

Jam 6, ojek-ojek udah berjejer seperti di Jakarta bedanya udara disini 5 kali lebih bersih sejuk dan lebih enak dihirup dibandingkan Jakarta.

Karena gw di jemput sama De Lina dan Pak Udik, gw pun sempet nunggu di depan Toko Bintang. Benar-benar banyak cerita, bukan ?

Yeeeeeee, udah sampe Praci. Tinggal nungguin di Jemput dan nerusin 15 menit perjalanan naik motor menuju Dusun Nduwet, Gunung Kidul :D

Belum seberapa, masih banyak cerita dari Gunung Kidul.

Gunung Kidul is so A M A Z I N G ! !

Sabtu, 28 Januari 2012

Who are you ?

Who are you ?

Actually i know you, at least i know your name. But who are you exactly? What kind of person are you? Are you weird type, stranger type or even freak type just like me? I don't know...

We met, we saw each other, we thought and we forgot...
Copyright © 2014. All Right Reserved by Mira Dwi Kurnia