Minggu, 02 Maret 2014

The Title It Self

Pemikiran ini tiba-tiba hinggap dalam sel-sel otak saya, berawal dari satu kata, radikal. Saya memang dikelilingi oleh beberapa orang radikal, terkadang jika mereka ini sedang mengutarakan pendapatnya atau menyampaikan sesuatu yang mereka tau, saya berpikir dari mana mereka bisa berpendapat seperti itu? bagaimana mereka bisa mendapatkan pemikiran seperti itu? Ya jawabannya mungkin karena mereka memang benar-benar mengetahui permasalahan apapun itu sampai pada akar terkecilnya. Tapi lalu muncul pertanyaan, apakah mereka mempunyai pemikiran seperti itu dan cenderung radikal untuk menutupi pemikiran yang lainnya? Jika seperti itu maka mereka hanya memakai topeng dan bersembunyi nyaman dibalik kata radikal. Ini semua hanya subjektivitas saya semata.

Sabtu, 01 Maret 2014

Wondering

I just don't know where i'm right now. Has anybody been here before ? 

Senin, 02 Desember 2013

Respect

Miris rasanya merasakan perbedaan perlakuan berdasarkan seberapa banyak uang yang kita punya, berdasarkan harta. Saya mendiskusikan perihal ini dengan sahabat saya dan berujung dengan kesimpulan uang memang bukan segalanya, penghargaan itulah segalanya makanya orang tua senang sekali jika orang yang lebih muda menghargainya.

Maksudnya penghargaan disini ialah rasa menghargai seseorang untuk masa hidup, untuk pengalaman, untuk ilmu pengetahuan, untuk perbuatan dan untuk perasaan. 

Jumat, 23 Agustus 2013

Interview Sederhana

Dipostingan ini saya tidak akan menceritakan pengalaman interview saya ketika akan magang di kantor tempat saya magang sekarang. Saya ingin menceritakan cerita yang baru saja saya dengar dari atasan saya. Hari ini hari jumat, karyawan lelaki yang beragama islam melaksanakan sholat jumat. Kebetulan kantor tempat saya magang letaknya dekat dengan mesjid. Sehabis makan siang ketika seorang senior sedang membicarakan project yang akan goal dengan atasan, tiba-tiba atasan bercerita kepada kami tentang bapak yang ditemuinya di mesjid sehabis sholat jumat.

Sehabis sholat jumat dikala orang-orang yang sudah selesai sholat seakan terburu-buru keluar dari mesjid untuk mencari makan siang. Atasan saya melihat bapak yang masih diam di tempatnya sholat, bapak itu ternyata masih melaksanakan sholat sunnah. Atasan saya lalu memperhatikan bapak itu lagi, caranya sholat tidak berdiri melainkan terduduk dengan menyelonjorkan kedua kakinya. Atasan saya lalu bertanya-tanya, kenapa cara bapak itu sholat seperti itu. Dia pun memutuskan untuk menunggu bapak itu selesai sholat dan menanyakannya sendiri kepada bapak itu. Mesjid sudah tampak sepi, terlihat seorang marbot sedang menggulung karpet tanda kegiatan sholat jumat sudah benar-benar selesai.

Bapak yang ditunggu oleh atasan saya sudah selesai sholat dan berdoa. Dia mendekati bapak itu dan mulai bertanya tentang cara sholatnya, ternyata bapak itu tidak bisa sholat seperti pada umumnya dikarenakan kondisi kakinya yang sulit di gerakan akibat tumor dan struk ringan yang menyebabkan kakinya setengah lumpuh. Lalu atasan saya bertanya tentang pekerjaan bapak itu, pekerjaan bapak itu adalah tukang sol sepatu keliling. Atasan saya bertanya dimana rumah bapak itu, dan rumah bapak itu berada di Cipete. Jarak yang lumayan jauh jika di tempuh dari Kemang dengan berjalan kaki. Bapak itu bercerita kepada atasan saya tentang pekerjaannya. Sebelum terkena struk ringan dia memakai pikulan untuk menaruh peralatan sol sepatunya lalu memikulnya berkeliling, setelah dia terkena struk ringan sekitar 4 tahun yang lalu diapun menggunakan tas untuk membawa peralatan sol sepatunya. Karena menggunakan tongkat untuk menopang kakinya ketika berjalan, bapak itu tidak lagi memikul pikulan.

Atasan saya memerhatikan bapak itu lagi, kaki bapak itu bersih, tangannya juga bersih. Dia berkesimpulan bahwa kulit besih bapak itu akibat sering dibasuh oleh wudhu, minimal lima kali sehari. Atasan saya bercerita kepada kami betapa dia salut kepada bapak yang baru saja ditemuinya di mesjid sesudah sholat jumat itu. Salut karena dengan kondisinya yang seperti itu, bapak itu tidak menyerah akan nasibnya sendiri. Salut karena dengan kondisinya yang seperti itu, bapak itu masih menjalankan kewajiban sholat yang bahkan kita yang sudah diberi kesehatan saja sering lalai. Salut karena dengan kondisinya, bapak itu masih bisa berkeliling dengan kaki yang ditopang tongkat untuk menawarkan jasanya sebagai tukang sol sepatu. 

"Jika bapak itu tidak mempunyai mental yang kuat, bisa saja dia menjadi pengemis sekarang. Tapi selama 4 tahun dia tidak menyerah pada nasibnya. Bapak itu tetap berkeliling dengan menggunakan tas tidak lagi dengan pikulan hanya untuk uang yang tidak sampai Rp 40.000 setiap harinya, dia tetap berjuang. Sementara kita lecet sedikit saja sudah mengeluh" Itu kata-kata penutup dari atasan saya. 

Cerita tentang bapak itu dan bagaimana cara atasan saya memandang cerita dari bapak itu berdasarkan interview sederhananya memberikan pemikiran tersendiri pada saya. Banyak orang diluar sana yang mengeluh karena hal sepele tapi lihat ada banyak orang juga yang masalahnya sepuluh kali lebih besar daripada masalah yang kita punya dan dia tidak mengeluh. 

Ditulis di kantor sambil mendengarkan lagu-lagu The Cure yang saya ambil dari folder musik laptop Epil.

Kamis, 09 Mei 2013

Terbiasa

Saya sudah harus terbiasa dengan semuanya. Doa mana yang ada di setiap langkah saya ? Seperti de javu, kejadian dan perasaan yang pernah saya alami di momen yang sama. Mungkin kejadiannya berbeda tapi perasaannya sama. Saya tau setidaknya saya tidak boleh bersikap seperti ini, saya harusnya bergembira, tapi kenyataannya apa ?
Saya biasanya punya tempat buat sekedar berbagi cerita. Absennya saya tidak menulis apapun pada blog ini mungkin bisa disebabkan karena saya mempunyai orang-orang yang mau mendengarkan cerita saya. Saat ini saya bingung mau bercerita ke siapa.

Harusnya saya merasakan suka cita, tapi apa ? Sepertinya saya terlalu banyak menertawakan keajaiban hidup setiap harinya jadi Tuhan memberikan tamparan kepada saya berupa kejadian dan perasaan ini agar saya bisa lebih serius dalam melihat sesuatu. Tentang semuanya siapa yang tau ?
Copyright © 2014. All Right Reserved by Mira Dwi Kurnia